Cerita Lain Bima Arya Dan Jokowi Betah Di Istana Bogor | Headline Bogor

KOTA BOGOR – Kedekatan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) dengan Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto, bukan berita baru. Kedekatan itulah yang menjadi salah satu alasan Jokowi betah tinggal di Bogor dan bertetanggaan dekat dengan Bima Arya.

Kedua tokoh nasional ini juga tak jarang terlihat jalan bareng dan berdiskusi membahas kemajuan Kota Bogor dan Jawa Barat. Di mata presiden, Kota Bogor dipandang sebagai kota yang kondusif, adem dan nyaman untuk dijadikan tempat tinggal. Singkat cerita, Jokowi kesengsem dengan Bima Arya yang dipandang sukses memimpin Kota Bogor.

Bagi Presiden Joko Widodo, ketenangan adalah kunci. Kunci dalam mengambil keputusan yang tidak hanya adil, namun juga dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Prinsip itulah yang membuat Presiden ketujuh RI ini memilih Istana Kepresidenan Bogor, sebagai tempat tinggal sehari-hari. “Dengan kondisi ketenangan seperti ini, saya bisa lebih jernih untuk berpikir,” ujar Jokowi, dalam beberapa kali kesempatan wawancara dengan awak media.

Udara yang sejuk, semilir angin yang menerpa masuk ke ruang kerja serta kicau burung, membimbing insting politik Jokowi dalam memutuskan hal penting. Secara garis besarnya, kebutuhan Jokowi akan kejernihan berfikir terlayani di Kota Bogor. “Apalagi memutuskan hal-hal yang sangat penting bagi negara. Ini perlu sebuah pikiran yang mengendap. Perlu sebuah pikiran jernih. Sehingga, jangan sampai memutuskan pada posisi yang keliru,” ucap Jokowi.

Sayang, Jokowi tak menjelaskan lebih jauh, keputusan apa saja diambilnya di tengah ketenangan dan kesejukan Istana Bogor. Jokowi pun tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia tinggal di tengah hiruk pikuk Ibu Kota, Jakarta. Cuaca Jakarta sudah panas, lalu lintas selalu ramai, belum lagi suhu politik yang menerpa dari semua penjuru, kondisi tak kondusif itu diyakini akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, sadar atau tidak disadari. “Jakarta, suasana politik sering panas. Cuacanya sendiri juga sudah panas. Kemudian lalu lintas juga sangat crowded sekali, sangat ramai sekali. Memang akan sangat berbeda sekali,” ujar Jokowi.

*PRO PEMIMPIN BERPRESTASI*

Di beberapa kesempatan, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) berpesan dan mengimbau kepada masyarakat di seluruh Indonesia untuk memilih kepala daerah berprestasi. Jokowi juga berpesan, untuk seluruh warga Indonesia untuk sama-sama terlibat dalam Pilkada serentak 2018 mendatang.
“Saya nitip pada semuanya seluruh warga, tahun depan ada Pilkada, baik bupati, wali kota maupun gubernur, ada sekitar 171 daerah. Saya pesan dan ingin ingatkan pilkada hanya lima tahun sekali maka pilihlah pemimpin yang berprestasi,” ucapnya saat berkunjung di Pontianak, Kalimantan Barat, akhir Desember 2017 lalu.

Menjawab kode ini, Jokowi memberi perhatian besar terhadap Bima Arya. Bima Arya pernah ditawari menjadi juru bicara presiden, namun tawaran tersebut ditolak secara halus. Tak puas dengan itu, diam-diam, Presiden Jokowi ternyata memberi tawaran kepada Bima Arya untuk menjadi Gubernur Jawa Barat. Di mata Jokowi, Bima Arya dipandang sebagai kader pemimpin masa depan.

Soal ini, Bima Arya membenarkan. Politikus PAN ini mengaku, saat bertemu pada bulan puasa lalu, Jokowi bertanya kepada dirinya. Pertanyaannya adalah apakah Bima Arya berniat maju sebagai calon gubernur Jawa Barat di pilkada serentak 2018. “Waktu itu, saya bilang saya belum tahu Pak,” kata Bima Arya.

Dia tak menganggap itu sebagai sinyal dukungan presiden kepada dirinya. Diduganya, Jokowi hanya mendengar berbagai gosip menyangkut pilkada serentak 2018, khususnya di Jawa Barat. Apalagi, Jokowi tinggal di Istana Bogor di mana Bima adalah wali kotanya. “Jadi mungkin beliau ingin tahu juga,” katanya.

Waktu akhirnya menjawab keputusan Bima Arya. Bersama Dedie A Rachim, Bima memutuskan menuntaskan beberapa pekerjaan rumah yang belum rampung di Kota Bogor. Keduanya sepakat untuk maju di Pilwalkot Bogor 2018.