Ketua DPR : Kang Dedie Rachim Contoh Pemimpin Bersih Untuk Kota Bogor | Headline Bogor

KOTA BOGOR- Banyaknya kasus korupsi yang melibatkan Anggota DPR, DPD dan DPRD semakin membuat risau elite partai di tingkat nasional. Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan KPK nyatanya tak membawa efek jera. Lantas, bagaimana elite Senayan menyikapi problem ini?

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Bambang Soesatyo meyakini lembaga yang dipimpinnya bakal lebih baik dan bersih dari korupsi jika dipimpin oleh pihak yang berasal dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Untuk itu, Bamsoet, sapaan Bambang Soesatyo berharap kursi pimpinan legislatif pada periode berikutnya dapat dihuni salah satunya oleh alumni komisioner KPK.

Harapan ini disampaikan Bamsoet saat peluncuran buku ’14 tahun KPK: Kumpulan Foto Perjalanan Pemberantasan Korupsi di Indonesia’ di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (23/5/2018). Kegiatan ini turut dihadiri sejumlah mantan pimpinan KPK, seperti Taufiequrrahman Ruki, Tumpak Hatorangan Panggabean, Adnan Pandu Praja, Indriyanto Seno Adji, Chandra Hamzah, Bibit Samad Rianto dan Johan Budi. “Mudah-mudahan lahir dari sini juga Presiden RI mantan dari KPK. Sekaligus ini menjadi tantangan bagi Pak Ruki mau masuk ke Parpol pilih yang bakal menang 2019 dan kursi Ketua DPR kosong dan itu milik partai pemenang pemilu dan ada bagusnya memang kalau Ketua DPR nanti berasal dari KPK,” kata Bamsoet.

Meski demikian, Bamsoet mengingatkan dunia politik penuh dengan dinamika. Bamsoet berharap alumni KPK yang terjun ke dunia politik dapat tetap mempertahankan integritasnya. Peringatan ini juga ditujukan kepada Dedie A. Rachim, mantan Direktur Pembinaan Jaringan, Kerja Sama Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK yang kini menjadi calon Wakil Wali Kota Bogor berpasangan dengan petahana Bima Arya. “Ada juga alumni yang masuk ke politik jadi calon wakil wali kota Mas Dedie. Selamat datang di belantara politik karena di politik itu saling memakan. Jadi mudah-mudahan mas Dedie bisa bertahan dan tahan godaan. Itu yang paling penting,” katanya.

Politikus Partai Golkar ini juga sempat berkelakar kalau dirinya berada di tengah-tengah orang yang gencar menangkap para koruptor. Sebab, selain Ruki dan para mantan komisioner KPK lainnya terdapat juga Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Kiagus Ahmad Badaruddin. Bamsoet menyebut Pimpinan KPK dan PPATK merupakan dua orang yang paling diingat oleh anggota DPR. “Jadi kalau di DPR itu hanya ada dua yang diingat oleh anggota DPR, satu pimpinan KPK dan kedua PPATK,” katanya.

Dalam kesempatan ini, Bamsoet mengapresiasi keteguhan KPK dalam upaya pemberantasan korupsi. Perbedaan pendapat dengan DPR dalam rapat dengar pendapat kerap mewarnai perjalanan KPK. Namun, hal itu tidak melunturkan semangat lembaga Antirasuah dalam memberantas praktik rasuah di tanah air. “Alhamdulillah KPK masih tetap eksis dan berperan dalam pemberantasan korupsi di tanah air,” katanya.

Eksistensi KPK, kata Bamsoet tidak terlepas dari dukungan kuat masyarakat. Dalam perjalanannya, KPK beberapa kali mendapat tekanan hingga adanya upaya mempreteli kewenangan lembaga antikorupsi. Namun, Bamsoet mengingatkan dukungan yang kuat dari masyarakat tak membuat KPK berpuas diri.

Apalagi, mengingat indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia tahun 2017 yang stagnan di angka 37 atau sama dengan tahun 2016. Menurutnya dengan dukungan publik dan kewenangan yang besar yang diberikan Undang-undang, KPK dapat lebih berbuat banyak dalam upaya pemberantasan korupsi. “Saya menangkap saran publik kiranya KPK dapat memberi perhatian besar terhadap kasus-kasus besar atau grand corruption sehingga asset recovery yang dikembalikan juga bisa mencapai junlah yang besar. Atas pertanyaan strategi manakah yang lebih utama dari KPK untuk memberantas korupsi, pencegahan atau penindakan. Menurut saya strategi yang efektif adalah dengan menggunakan yang seimbang sinergis dan integrasi antara pencegahan dan penindakan,” paparnya.

Menangapi hal ini, Dedie Rachim mengaku sangat tersanjung. Menurutnya, politik adalah dunia baru yang membutuhkan semangat baginya. “Terjun ke politik adalah panggilan hati. Niatan untuk mengubah ke arah yang lebih baik. Harapan masyarakat kepada KPK sangat tinggi, hal ini tentu menuntun saya untuk terus menjaga integritas dan berusaha mewujudkan cita-cita bersama membangun pemerintahan yang bersih, transparan dan melayani,” tandas Dedie Rachim, yang kini mempersiapkan diri di Pilwalkot Bogor mendampingi Bima Arya.