Lagi, Bullying Terjadi Di SMAN 7 Bogor

Bogor (Headlinebogor) – Dunia pendidikan kembali tercoreng. Kali ini seorang siswa di bully 20 orang seniornya di Kota Bogor.  Korban dicecoki minuman keras sebelum akhirnya dipukuli.

Berawal dari keluh kesah orangtua siswa SMAN 7 Bogor, Samsul menulis status dalam facebooknya yang menceritakan kronologi kejadian tindak bully pada anaknya LJ. Warga kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat itu telah melaporkan kejadian yang menimpa anaknya ke pihak sekolah untuk ditindak lanjuti. Namun demikian Samsul pemilik akun Samidi dalam facebooknya tetap menunggu itikad baik pihak sekolah sebelum melaporkannya ke pihak kepolisian.

“Waktu LJ pulang, dia cerita disuruh minum sama kaka kelasnya, dipukuli, ditendang oleh kaka kelasnya sendiri yang berjumlah 20 orang. Ini satu hal yang perlu direspon oleh masyarakat, ini mengarah kekriminal berat” ujarnya melalui Bogorone.co.id.

Baca Juga : [button link=”http://headlinebogor.com/pendidikan/dosen-dan-mahasiswa-universiti-kebangsaan-malaysia-ukm-sambangi-smp-binagreha-cimanggu” color=”red”] DOSEN DAN MAHASISWA UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA (UKM) SAMBANGI SMP BINAGREHA, CIMANGGU[/button]

Agus Setiadi selaku Wakil Kepsek Bidang Humas berdalih “Kalau ada kejadian seperti bullying Biasanya terjadi diluar jam belajar, sulit untuk mengawasi pada jam itu,”.  Agus mengatakan sudah melakukan panggilan resmi terhadap orangtua LJ pada pukul 10:00 tadi. Kepala sekolah juga sudah mengumpulkan jajaran sekolah untuk bertemu dengan orang tua murid termasuk Babinkamtibmas dan Babinsa untuk berunding.

Berikut adalah postingan Samsul dalam akun facebooknya Samidi :

Bapak dan ibu sekalian, teman-teman FB saya, terutama yang tinggal di Bogor, dan terutama sekali yang anaknya sekolah di SMA 7 Kota Bogor, saya mau bercerita sedikit mengenai kejadian yang baru saja menimpa anak saya.

Tadi anak saya pulang sekitar pukul 10 malam. Sampai di rumah, dia bercerita bahwa dia, bersama beberapa temannya yang masih duduk di kelas 1, dipaksa oleh kakak kelasnya, kelas 3, untuk minum—ya, meminum minuman keras. Selain dipaksa untuk minum, beberapa anak ini juga di-bully, ditendang-tendang, dipukul-pukul. Mereka, kakak kelas yang memaksa itu, yang berjumlah sekitar 20 orang, banyak yang membawa senjata tajam, sebagai senjata untuk mengancam.

Bapak dan ibu, saya, sebagai orang tua, yang menjaga anak saya sedemikian rupa dari minuman keras dan narkoba, sungguh tidak terima anak saya diperlakukan seperti itu, dipaksa untuk meminum minuman keras. Kemarahan saya sudah di ubun-ubun. Orang lain seenaknya merusak anak saya. Dan ini, tentu, tidak hanya menyangkut anak saya saja, tetapi puluhan anak yang akan menjadi korban berikutnya, dirusak mentalnya, dijebak untuk masuk ke dunia kejahatan, dunia kriminal. Saya akan mengkasuskan hal ini. Dua puluh anak yang melakukan perbuatan jahat itu harus dikeluarkan dari sekolah. Dan kalau sekolah tidak berani melakukan itu, saya akan berusaha agar SMA 7 dibubarkan saja.

Sebenarnya, maaf, saya sudah mendengar dari berbagai sumber tentang kenakalan anak-anak SMAN 7 Kota Bogor. Tapi, saya pikir hanya kenakalan ala anak-anak: tawuran dan sejenisnya. Kalau tawuran, saya masih mentolerir. Bahkan ketika anak saya bilang bahwa dia dimintai uang setoran tiap bulan oleh “suatu mafia” (geng di sekolah itu), saya biarkan, biar anak saya mengatasinya sendiri. Namun kalau sudah ada paksaan untuk minum, dipaksa minum di bawah ancaman, saya anggap sebagai tindakan kekerasan, suatu kejahatan, dan berarti saya sedang berurusan dengan penjahat, bukan lagi berurusan dengan anak-anak nakal; ini sudah menjadi sebentuk mafia. Sekolah tidak boleh tunduk atau takut dengan ancaman mafia itu. Ini harus diatasi. Harus dibuat jera.

Besok saya akan menghubungi beberapa media lokal Bogor, untuk mem-back up dan kemudian mem-blowup-nya. Selanjutnya ke Polresta, untuk memproses ini secara hukum, memberi efek jera kepada dunia pendidikan yang di dalamnya banyak pelaku kriminalnya. Sekolah bukan lembaga yang main-main. Ini harus diproses, diperbaiki. Kalau tidak bisa, ya dibubarkan. 

(AP)