Awal yang Perih Berbuah Manis

      Dulu aku adalah seorang pria yang sangatlah biasa dan kumuh, bahkan orang bilang aku itu pria gembel, tetapi aku tidak pernah menanggapi kicauan dari mulut mereka yang tajam dan pedas itu. Terkadang hati ku terasa sakit bagaikan diiris pedang Arwana karena saking dalamnya perkataan mereka mencaci ku. Namun setelah aku fikir lagi, untuk apa aku sakit hati hanya karena ocehan dari mulut mereka yang tidak bermanfaat itu. Mulut mereka memang tidak pernah disaring saat mencaci aku, tetapi karena terlalu seringnya aku dicaci dan dimaki oleh meraka pada akhirnya mulai saat itu aku berfikir untuk memperbaiki hidupku.
       Mulai saat itu terlintas gambaran di benak fikiran ku untuk membangun suatu usaha, namu apa daya saat itu aku tidak punya apa-apa, bahkan untuk makan saja aku harus kuli memikul padi terlebih dahulu. Saat itu kuli memikul padi buruhnya sangatlah murah, satu kilo gram padi saja di buruhi hanya Rp. 200. Untuk mendapat nasi satu bungkus saja maka aku harus memikul padi sebanyak 50 kg terlebih dahulu, karena saat itu harga nasi dan ikan mahal, satu bungkus nasi dan ikan pada saat itu harganya 10.000.
       Setiap harinya cemoohan mereka terhadapku semakin menggema terdengar sangat tajam ditelinga, namun aku saat itu belum bisa bertidak apa-apa. Pernah aku berfikir untuk melamar kerja ke suatu toko sendal. Dan saat itu aku mencoba untuk melamar kerja di toko sendal milik pak Dani. Namun apa hasilnya, aku malah dicaci-maki oleh pemilik toko yang sombong dan angkuh itu. Bunyi cacian itu  “kamu ini siapa? Hanya pria kumuh, gembel dan miskin di kapung ini, bisa apa kamu? Lulus sekolah dasar saja tidak, pergi sana saya tidak membutuhkan tenaga kerja dari gembel seperti kamu, hahahah dasar gembel”. Hatiku terasa semakin sakit dan perih mendengar cacian dan makian dia.
       Mulai saat itu aku bertekad dan berjanji akan memperbaiki diri dan memdekatkan diri terhadap Allah Swt. Saat itu aku selalu berdoa berdoa dan berdoa aku ingin kehidupan ku lebih baik dan selalu berada di jalan Allah swt.
       Lima hari setelah penolakan lamaran kerja itu, aku mencoba untuk mengadu nasib ke daerah perantauan yaitu daerah Jakarta yang jaraknya tidak terlalu jauh dari daerah tempat aku tinggal yaitu Kota Bogor.
       Diperantauan atau lebih tepatnya di daerah Jakarta hari demi hari aku lewati, di sana aku mulai bekerja sebagai tukang dagang asongan rokok dan minuman, tidak lain aku berjualan disana, hanya menjual barang dagangan milik orang lain. Namun aku tetap bersemangat, berusaha dan berdoa. dan alhamdulilah dengan keuletanku aku bisa mulai merintis karier, yang awalnya aku hanya menjual dagangan orang lain dan pada akhirnya seiring dengan bergulirnya waktu aku pun bisa mempunyai toko sembako yang lumayan besar penghasilannya.   Berambung…………….
Masih penasaran kan dengan kisah pemuda ini, nantikan kisah selanjutnya yang akan lebih menarik dan memotivasi anda… hehehe Selamat menanti di Posting selanjutnya..