Forum Masyarakat Juara : BJB Tidak Memiliki Market Share Yang Jelas Untuk Jawa Barat | Headline Bogor

BANDUNG – Bank Jabar Banten (BJB) yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dibentuk untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Jawa Barat yang juga di kembangkan oleh putra daerahnya. Namun selama tiga tahun terakhir bank BJB belum menunjukan performa yang baik dibandingkan dengan tiga bank daerah lainnya.

Analisa kinerja bank BJB berdasarkan Iktisar laporan keuangan periode 2012-2018 mengalami penurunan pasca pergantian direkur utama Bank BJB. hal ini dinilai oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Forum Masyarakat Juara, Andre Ariesmansyah dan Tri Wahyudi tidak memiliki market share yang jelas untuk Provinsi Jawa Barat.

dalam diskusi publik yang bertajuk evaluasi kinerja BUMD di Taman Wisata Rukun Kopi, Jalan Sulaksana, Kota Bandung, Sabtu (29/9). Ada tiga parameter kinerja dari aspek earning (pendapatan) yang dibandingkan yakni, Return on Asset (ROA) sebagai indikator mengukur rasio profitabilitas bank, Biaya Operasioanal Pendapatan Operasional (BOPO) hal yang saling berkaitan jika pendapatan lebih besar dari biaya operasional maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar, dan Net Interest Margin (NIM) yang merupakan ukuran perbedaan antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank atau lembaga keuangan lain dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman mereka (deposito), relatif terhadap jumlah (bunga produktif ) aset.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan data laporan keuangan auditor independen BEI (Bursa Efek Indonesia) untuk ROA bank BJB tahun 2015 di angka 1,46%, BOPO diangka 87,65%, dan NIM 9,15%. Tahun 2016 ROA bak BJB di angka 1,13%, BOPO 92,86%, dan NIM 9,69%. Sementara untuk tahun 2017 ROA bank BJB di angka 1,05%, BOPO 92,84%, dan NIM 8,93%.

berdasarkan data diatas tedapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik seperti, ROA sd. Desember 2017 menurun dan rata-rata nya hanya di angka 1,4% yang tidak berbanding lurus dengan BOPO di angka 88,65%. NIM BJB pun sd. desember 2017 menurun dengan rata-rata di angka 9,73% ditengah penurunan NIM yang dialami oleh bank BJB juga tidak sebanding dengan pertumbuhan kredit.

“berdasarkan data tersebut mencerminkan bahwa kinerja bank BJB sangat tidak efisien dan performanya tidak bagus,” Ujar Andre.

dalam periode yang sama RAO dari bank sejenis seperti bank jateng mengalami peningkatan dengan rata-rata di angka 2,63% kemudian bank jatim flukuatif di angka 2,24%, bank DKI meningkat di angka 1,36% dan bank Sumut flukuatif di angka 2,23%.

“perbandingan tersebut (RAO) bank BJB berada pada urutan ke 4. artinya asset yang di miliki bank BJB menghasilkan laba yang kecil dibandingkan keempat bang tersebut,” tuturnya.

Namun, jika dilihat dari aspek BOPO bank Jateng mengalami penurunan di angka 75,60% kemudian bank jatim menurun di angka 61,57%, bank DKI menurun di angka 72,75% dan terakhir bank Sumut menurun di angka 67,52%. dengan komparasi tersebut bank BJB memiliki rata-rata BOPO tertinggi. Artinya, tingkat efisiensinya sangat rendah dibandingkan dengan bank sejenis lain.

“dalam analisa kami, adanyapemborosan biaya operasional dan bunga pertumbuhan persentasenya melebihi pertumbuhan persentase pendapatan bunga dan pendapatan lainnya,” tambahnya.

Sedangkan dalam aspek NIM. bank Jateng menurun di angka 6,66%, bank Jatim flukuatif di angka 11,69%, bank DKI flukuatif di anka 9,12% dan bank Sumut meningkat di angka 11,30%. dengan rata-rata tersebut bank BJB berada di urutan ketiga, artinya kontribusi aktiva produktif (kredit) untuk menghasilkan pendapatan bunga belum optimal. Karena, NIM yang baik harus meningkat setiap tahun.

“Kami menganalisa NIM Bank BJB cenderung menurun dari tahun ke tahun dapat disebabkan oleh pendapatan bunga tidak optimal karea suku bunga tinggi dan buruknya kualitas kredit. paparnya.

Dalam akhir pembicaraanya analisi yang di paparkan sebelumnya boleh dikaji lebih jauh dan mengharapkan ada yang melakukan audit oleh pihak terkait seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (*)