Muhammad Dan Para Penikmaknya

Muhammad dan Para Penikmatnya
Oleh : Aldi Cikal Yudawan

Diskusi dilanjutkan pada minggu depannya. Kabul selalu menyelipkan kisah-kisah tentang Muhammad dalam setiap diskusinya. Baginya, Muhammad adalah cahaya maha cahaya. Seoreng genius di bidang apapun. Manusia biasa yang sebetulnya tidak biasa. Muhammad bagi Kabul adalah permata.

Jauh sebelum Kabul, ternyata banyak tokoh-tokoh dunia yang juga mengidolakan dia (Muhammad). Bersimpati bahkan mengagungkan Muhammad. Anehnya, tokoh-tokoh tersebut bukan mereka yang berasal dari kalangan islam saja. Mereka malah berasal dari kalangan luar islam.

“Berikut ini”, kata Kabul membuka diskusi. “Saya akan sajikan kesan dari banyak tokoh yang mengidolakan bahkan mengagungkan Muhammad sebagai pribadi dan pemimpin umat”.

Seorang cendekiawan India, Mahatma Gandhi, dalam Indian Young Forum pernah menyampaikan bahwa dirinya pernah bertanya-tanya tentang siapakah tokoh yang paling memengaruhi manusia. Gandhi lebih dari yakin bahwa bukan pedanglah yang memberikan kebesaran islam. Islam datang dari kesederhanaan, kebersahajaan, dan kehati-hatian seorang pemimpinnya. Pemimpinnya itu melakukan pengabdian yang luar biasa kepada agamanya, sahabat hingga pengikutnya. Tekad pemimpin tersebut, keberaniannya, serta keyakinannya kepada tugas yang diberikan Tuhan melebihi apapun. Pemimpin itulah Muhammad.

Pernah ada seorang penulis, pemenang nobel dalam bidang kesusastraan bernama George Bernard Shaw yang juga menuliskan tentang Muhammad. Menurut Shaw dalam bukunya yang berjudul ‘The Genuine Islam’ menyatakan bahwa jika ada agama yang berpeluang menguasai Inggris bahkan Eropa, maka islamlah agama tersebut. Shaw senantiasa menghormati islam karena itu agama Muhammad. Islam yang dibawa Muhammad adalah satu-satunya agama yang memiliki kemampuan menyatukan dan merubah peradaban. Sudah banyak agama yang dipelajari Shaw, tapi agama yang dibawa Muhammad sebagai pribadi yang agung jauh lebih tinggi. Berkat cara membawakan agama itu, Muhammad bukan jadi anti-kristus. Muhammad jadi penyelamat. Muhammad harus dipanggil sang penyelamat kemanusiaan.

“Shaw berkesimpulan apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala macam persoalan yang sedemikian rupa hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia. Muhammad bagi Shaw, adalah manusia teragung yang pernah menginjakkan kaki di bumi ini. Muhammad bukan sekedar membawa agama, melainkan juga mendirikan bangsa, meletakkan dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan pembaruan sosail politik, mendirikan sebuah peradaban masyarakat yang kuat dan dinamis untuk melaksanakan seluruh agamanya. Bahkan Muhammad telah merevolusi pikiran serta perilaku manusia untuk seluruh masa yang akan datang.”

“Sejalan dengan pendapat Shaw,” lanjut Kabul. “Thomas Carlyle, seorang cendekiawan dan ahli matematika dari Inggris itu pun memuji Muhammad.”

“Carlyle mengakui ketakjubannya pada Muhammad dengan mengatakan bahwa Muhammad sangat menakjubkan. Muhammad sendirian (secara sentral) mampu mengubah suku-suku yang saling berperang dan kaum nomaden (badui) menjadi sebuah bangsa yang paling maju dan paling berpengaruh hanya dalam waktu kurang dari dua dekade.”

Thomas Carlyle menyayangkan propaganda negatif dari barat yang mendiskreditkan Muhammad. “Kebohonhan yang dipropagandakan dengan diselimutkan kepada Muhammad, hanyalah akan mempermalukan bangsa barat sendiri. Muhammad adalah sesosok berjiwa besar yang tenang. Seorang yang mau tidak mau harus dijunjung. Dia diciptakan untuk menerangi dunia.

“Pandangannya yang kokoh, pemikiran-pemikiran yang luas, kecerdasan, kecermatan, dan pengetahuannya atas kemaslahatan umum, merupakan bukti nyata kepandaianannya. Hati manusia itu mulia, penuh dengan kasih sayang.” Hingga Carlyle mengakui perasaannya secara personal atas keagungan Muhammad, ‘Saya mencintai Muhammad dengan segenap wujud, karena seluruh wataknya sangat jauh dari tipu muslihat dan basa-basi.”

Kabul melihat sekitar, seluruh peserta forum terlihat khusuk mendengarkan. “Kemudian dalam buku Histoine de La Turquie, La Martine mengajak dunia untuk menyaksikan pribadi yang agung. Biasanya, La Martine hanya mengetahui tokoh dunia yang ahli satu bidang. Hal ini membuat orang-orang seringkali terselimuti kabut waktu dam jaman. Begitu banyak spekulasi tentang waktu dan lahir mereka. Tentang tingkat prestasi mereka sehingga sulit untuk manusia merekonstruksi ajaran hidup mereka.”

“Akan tetapi hal itu tidak berlaku kepada Muhammad.
Muhammad begitu tinggi menggapai berbagai pikir dan perilaku manusia dalam sebuah episode cemerlang sejarah manusia. Setiap detail dari kehidupan pribadi Muhammad, telah secara akurat hingga saat ini. Muhammad adalah seorang agamawan yang rendah hati.”

“Ada lagi,” lanjut Kabul. “Ramakhrisna Rao, seorang ahli filosofi yang ikut menyampaikan kekagumannya. Dia pernah menulis sebuah booklet berjudul ‘The Prophet of Islam’ dengan menyatakan bahwa kepribadian Muhammad sangat sulit untuk menggambarkannya dengan tepat. Rao pun hanya mampu mengungkapnya sekilas. Rao memuji kehidupan Muhammad sebagai lukisan yang indah.”

“Selama 14 abad berlalu, ajaran dan perilaku Muhammad bagai secerca harapan yang abadi. Cahaya itu menjadi obat atas segala penyakit kemanusiaan yang ada bahkan telah ada sebelum masanya. Rao mengungkapkan bahwa yang dia katakan bukan klaim seorang pengikut Muhammad, akan tetapi sebagai simpulan tak terelakkan dari analisis sejarah yang kritis dan tidak bias.”

Hingga ada seorang ahli astronomi yang pernah bekerja di NASA menulis buku berjudul “100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia” dan menempatkan Muhammad sebagai orang nomor satu dalam daftar itu. Penulis itu bernama Michael H. Hart, seorang nasrani yang berkata bahwa alasannya menempatkan pilihan nomor satu kepada Muhammad mungkin mengejutkan. Hal tersebut tidak usah didebat karena Muhammad merupakan manusia yang sukses baik dalam tataran ibadah maupun perilaku kepada sesama.

“Muhammad bergerak tidak hanya dengan tentara, hukum, kerajaan, rakyat dan dinasti, tapi juga jiwa jutaan manusia dari 2/3 daerah dunia yang dia kuasai.”

“Lebih dari itu, Muhammad telah merubah altar-altar pemujaan, sesembahan, agama, pikiran, kepercayaan, serta jiwa manusia. Kesabarannya dalam kemenangan dan ambisinya yang dipersembahkan untuk satu tujuan tanpa sama sekali berhasrat membangun kekuasaan pribadi. Sembahyangnya, dialognya dengan Tuhan, kematiannya dan kemenangan umatnya setelah itu, membawa keyakinan untuk sebuah kekuatan yang mampu mengembalikan dogma. Dia singkirkan tuhan palsu dengan kekuatan dan mengenalkan Tuhan yang sesungguhnya dengan kebajikan.”

Semua dalam forum masih mendengarkan dengan khusuk. Hingga Kabul keluarkan kalimat kontradiksi, “Akan tetapi, walau masih banyak tokoh-tokoh dunia yang memuji Muhammad, kita sebagai umatnya sendiri terpecahbelah.”

Seketika semua orang dalam forum mengerutkan kening. “Kita masih sering ribut hal-hal kecil semisal tentang kelahirannya.”

“Ada yang memperingati dan merayakannya dengan ragam cara dan kreativitas, sebagai wujud rasa cinta kepada Muhammad. Tapi mulai banyak juga yang menganggap itu hal yang tidak boleh.”

“Memperingati dan merayakan Maulid Muhammad adalah sesuatu yang tidak ada dan tidak dicontohkan Nabi. Itu bukan sunnah nabi. Kalau kita melakukannya berarti kita berdosa dan seterusnya dan seterusnya.”

“Padahal kita tahu, tanggal 12 Robiul Awal itu memang bukan maulid nabi. Itu maulid Muhammad. Maulid Nabi adalah saat Muhammad diangkat menjadi nabi, dan itu bukan tanggal 12 Robiul Awal.”

“Adapun yang mengatakan itu tidak dicontohkan nabi, itu benar. Semua hal yang tidak dilakukan nabi saat beliau hidup adalah bid’ah. Semuanya, termasuk facebook, termasuk ponsel, termasuk kendaraan bermotor, termasuk celana bahan kain bahkan gamis bermerek itu. Bid’ah adalah sebuah kreativitas, dan kreativitas itu bagus asalkan tidak menyentuh ibadah yang sudah diatur dalam rukun islam.”
“Kita dan begitu banyak orang-orang di dunia, baik orang yang masih hidup ataupun yang telah lama mati harusnya bersyukur atas perjuangan beliau, Nabi Muhammad SAW. Kita hanya tinggal menikmati dan menjaganya. Kita dan mereka ini adalah para penikmatnya saja. Sama-sama penikmat kenapa saling hujat? Nikmati saja.

“Maaf, kang.” Seorang adik kelas Kabul bertanya, “Apakah penjelasan akang dari tadi itu ada dalilnya?”

“Ada.” Kabul mengangguk.

Sebelum Kabul menjawab lebih jauh, seorang teman yang lain membela, “Ya pasti semua itu ada dalilnya.”

“Boleh ditunjukkan?” Nada pertanyaannya meninggi.

“Harus?” Nada mereka meninggi.

“Ya. Biasa aja dong.”

“Lho, saya sudah biasa.”

“Eh tak usah nyolotlah.” Mereka terlibat percekcokan.

Hmmm.. Kabul gebrak lantai, mengusap wajah. Tidak marah. Hanya berusaha menahan kantuk saja. Jam 03.30 pagi, di saat seharusnya kita sibuk sujud, memohon ampun kepada Allah, kalian malah ribut masalah dalil.

Tasikmalaya, 3 Desember 2017