Menurut lembaga penyiaran publik, Kan, penyelenggara demonstrasi bersikeras bahwa pembatalan unjuk rasa minggu ini tidak ada hubungannya dengan pemahaman yang dicapai dengan Israel baru-baru ini.
Jumat lalu sebuah surat kabar Lebanon melaporkan bahwa komite yang bertanggung jawab untuk mengatur protes sedang mendiskusikan apakah akan mengurangi frekuensi demonstrasi atau tidak.
“Ada diskusi tentang memutar mundur pawai menjadi sebulan sekali atau selama acara-acara nasional,” kata sumber di komite mengatakan kepada surat kabar al-Akhbar, yang dilansir Al Jazeera, Senin (2/12/2019).
Setidaknya 348 warga Palestina telah tewas oleh tembakan tentara Israel di Gaza sejak protes mingguan dimulai pada Maret 2018, lebih dari setengahnya tewas selama demonstrasi. Yang lainnya terbunuh oleh serangan udara atau tembakan tank.
Para pengunjuk rasa menyerukan Israel untuk mencabut blokade wilayah pesisirnya dan agar warga Palestina diizinkan kembali ke rumah leluhur mereka yang sekarang berada di dalam wilayah Israel.