Sejak diresmikan pada tanggal 7 desember 2016 oleh Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto, Lawang Salapan menjadi salah satu pusat perhatian warga bogor untuk ber-selfie. Bagaimana tidak bangunan yang memakan biaya sekitar 4 miliar ini diharapkan menjadi destinasi wisata mutakhir di kota Bogor.
Lawang Salapan merupakan simbol filosofi Pakuan Pajajaran yakni silih asih, silih asah, silih asuh. Tiga sikap ini menurunkan sembilan acuan kesejahteraan, di antaranya kedamaian, keramahan, kesantunan.
Sedangkan 10 tiang melambangkan Dasakerta, sebuah konsep yang diabadikan dalam naskah kuno Pakuan Pajajaran. Dasakerta mengingatkan setiap orang tentang 10 hal, yaitu menjaga kebersihan secara jasmaniah maupun rohaniah.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan, dengan menjaga 10 bagian dalam raga maka sembilan aspek kesejahteraan akan terwujud.
“Lawang Salapan juga menyiratkan sikap rendah hati. Sikap yang senantiasa ‘ngalawang’ (mempersilakan lewat) bagi siapapun yang masuk Kota Bogor,” kata Bima saat meresmikan Lawang Salapan, Rabu 7 Desember 2016.
Ekspresi kerendah-hatian itu sebelumnya sudah tersirat lewat keberadaan Lawang Saketeng, Lawang Gintung, dan Lawang Suryakancana yang menjadi Kampung Pecinan.
Menurut Bima, desain Lawang Salapan memang sengaja dibuat dengan nuansa Eropa lewat kehadiran bunga teratai, dan pokok pohon untuk mewakili pusaka alam yang tumbuh subur di Kebun Raya Bogor.
Kesepuluh tiang Lawang Salapan juga mengingatkan pada jumlah tiang penopang pusaka Istana Kepresidenan. Dengan kata lain, Lawang Salapan seolah merepresentasikan pula bentuk dari bangunan-bangunan sejarah yang ada di Kota Bogor. (Wdi).*