20 Tahun Reformasi, Ika Usakti Gelar Seminar Kenang Pahlawan Reformasi | Headline Bogor

JAKARTA – Dua puluh tahun berlalu sudah Reformasi. Namun, peristiwa kelam yang menandai berakhirnya era orde baru pada 1998 justru belum terlupakan. Empat mahasiswa Universitas Trisakti yang telah menjadi korban dari peristirwa itu masih belum jelas penuntasan kasusnya.

Menurut Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni Usakti sekaligus Ketua Umum Persatuan Persaudaraan Trisakti (Paperti) 12 Mei 98, Ahmad Kurniawan, gugurnya keempat mahasiswa pejuang reformasi ini telah mampu membawa bangsa ini memasuki gerbang perubahan memasuki rumah demokrasi seperti sekarang ini. Keempat mahasiswa itu adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie.

“Mereka yakin, pengorbanannya tidak akan sia-sia, maka itu kami Ikatan Alumni Universitas Trisakti memandang perlu adanya sebuah penghargaan negara atas jasa besar keempat mahasiswa Trisakti yang gugur tersebut,” jelas Ahmad Kurniawan, dalam keterangan tertulisnya.

Bacaan Lainnya

Menurut Ahmad, keempat martir reformasi itu layak disematkan sebagai pahlawan nasional.

“Kepergian mereka telah memberikan pelajaran bagi seluruh rakyat Indonesia dan menjadi inspirasi bagi anak-anak muda, bahwa sebuah pengorbanan untuk negeri tidak akan pernah sia-sia,” terang Ahmad Kurniawan.

Untuk mengingat perstiwa itu, Ika Usakti menggelar Seminar Nasional “20 Tahun Reformasi” yang secara administratif merupakan salah satu syarat pengajuan ke pemerintah.

Acara yang berlangsung di Auditorium Gedung D, lantai 8 Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa No.1, Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Jakarta. Acara ini dihadiri Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial Hartono Laras yang tampil sebagai salah satu pembicara. Selain itu hadir pula sejarawan Anhar Gonggong, Anggota DPR TB Ace Hasan Syadzily dan aktivis 98 Julianto Hendro Cahyono, Anton Aritonang, dan Sarbini.

Acara yang dimulai pada pukul 16.00 WIB dan dilanjutkan dengan buka puasa bersama. Seminar pun dipandu oleh moderator Dorri. Dan dalam acara seminar nasional ini Ahmad pun mengenang pengorbanan empat mahasiswa Usakti yang telah menjadi martir perubahan pada Mei 1998.

“Namun sangat disesalkan, bangsa ini selolah tak menghargai sejarah. Karena penuntasan kasus itu masih jauh dari selesai, sumir dan jauh dari kata adil,” tegas Ahmad.

Gugurnya keempat mahasiswa pejuang reformasi ini, kata Ahmad, telah mampu membawa Indonesia memasuki gerbang perubahan memasuki rumah demokrasi seperti dewasa ini. “Empat pahlawan reformasi dan seluruh elemen mahasiswa yang turun ke jalan pada waktu itu menyadari peran dan fungsinya sebagai “agent of change”,” ungkap Ahmad.