Headline Nasional | Kepala BNPB Ajak Ulama jaga Keseimbangan Dalam Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Bencana

JAKARTA – Kepala BNPB Doni Monardo bertemu dengan pengurus Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia (Bakomubin). Doni dalam kesempatan ini menyampaikan kondisi demografis tanah air Indonesia yang sejak dahulu hidup di tengah ancaman bencana. Saat ini potensi tersebut makin meningkat dikarenakan degadrasi lingkungan. Penanggulangan bencana hanya bisa berhasil bila ulama dan mubalig ikut berperan.

“Saya dalam beberapa kesempatan ingin sengaja mengajak kita semua untuk bisa menjaga keseimbangan itu, sebagai umat Islam, sebagai hamba Allah kita memiliki tanggung jawab moral. Kita nggak boleh memikirkan apa yang dapat kita lakukan untuk diri kita sekarang, tapi kita senantiasa agar perbuatan kita hari ini bisa melindungi generasi yang akan datang,” kata Doni, di Masjid Cut Meutia, Menteng, Jakarta Pusat, pada Jumat sore (30/8).

Hal tersebut diserukannya dalam acara Pra-silaknas PP Bakomubin, yang bertajuk “pencegahan dan penanggulangan bencana sebuah pengabdian”. Acara tersebut turut dihadiri Ketum PP Bakomubin, Ali Mochtar Ngabalin.

Beliau dalam kesempatan ini juga mengatakan bencana alam memiliki siklus yang berulang. Akan tetapi manusia tidak mampu memprediksi kapan akan terjadinya bencana. Bencana besar memiliki siklus ratusan tahun sehingga ingatan akan bencana dan penanggulangannya harus disampaikan antar generasi.

Daerah-daerah seperti Manado (Sulawesi Utara), Palu (Sulawesi Tengah), Ambon (Maluku) hingga Jakarta sudah terdata siklus bencananya. Bukti pernah terjadinya beberapa kali kejadian tsunami dapat dijumpai di daerah Aceh, Lebak dan sepanjang selatan Pulau Jawa.

Ancaman sesar aktif dan gunung api terbanyak di dunia ada di Indonesia. Tahun lalu jumlah korban akibat bencana menjadi peringkat pertama di dunia, mencapai 4.814 jiwa. Kesiapsiagaan dan peringatan dini pada diri sendiri yang dipastikan dapat menyelamatkan. Oleh karenanya beliau berharap para mubalig berperan untuk menyosialisasikan hal tersebut.

“Pada periode itu pun terjadi sebuah peristiwa artinya apa jadi kejadian ini telah berulang kali kita nggak pernah tahu kapan akan. Kalau kita lihat siklusnya kapan saja bisa terjadi. Apa yang kita lakukan sekali lagi peran mubalig adalah yang utama untuk menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat, karena kita nggak tahu lagi kapan akan terjadinya bencana,” sambungnya.

Presiden Joko Widodo berpesan agar pembangunan harus berorientasi kepada pengurangan risiko bencana. Oleh karenanya, pembangunan tidak dilakukan di tempat yang pernah terjadi bencana, misalnya di lokasi yang merupakan patahan lempeng.

“Pesan yang pertama adalah pembangunan harus berorientasi kepada pengurangan risiko bencana. Artinya apa? Jangan bangun di tempat-tempat yang sudah diketahui ada patahan lempeng, ya jangalah membangun, pembangunan di atas patahan lempeng,” kata Doni.

Doni berharap agar para ulama dan mubalig yang hadir pada acara itu turut menyampaikan ke masyarakat untuk tidak membangun di daerah rawan bencana. Beliau menilai ulama juga berperan untuk mencegah dan menanggulangi bencana.

Selain itu beliau meminta para ulama juga menyampaikan pesan untuk menjaga lingkungan seperti tidak lagi menggunakan botol plastik serta menyampaikan ke masyarakat bahaya merkuri dan tambang illegal.

“Peran mubalig dan ulama sangat penting. Tanpa adanya ulama, tidak cukup pemerintah untuk mengurusi hal seperti ini. Saya sekarang tidak menggunakan air minum kemasan yang sekali pakai tapi sekarang pakai tumbler. Termasuk kemasan plastik saya berharap Bakomukbin bisa memberikan inspirasi kepada anak muda,” sambungnya.

Pemerintah tidak akan sanggup merubah perilaku masyarakat ini sendiri. Tidak ada teknologi manusia yang mampu menghadapi kekuatan alam. Baik bencana alam maupun non alam, terjadinya bencana atau tidak, perilaku yang ada di masyarakat sendiri merupakan faktor penentu. Peran ulama dan mubalig sangat strategis.

Di Indonesia kekuatan mubalig adalah paling utama dan sangat menetukan. Sudah kewajiban kita bekerjasama mensosialisasikan pengetahuan bencana. Beberapa kali beliau menekankan pada kesempatan ini agar jangan takut takut menyampaikan kebaikan, termasuk untuk mencegah kerusakan alam.

Doni berharap dengan bantuan ulama dan mubalig yang menyebarkan dan meningkatkan pesan pencegahan bencana, maka hal ini akan mampu meningkatkan dengan pesat kewaspadaan, kualitas hidup masyarakat dan akhirnya berhasil memperbaiki alam.

Sementara itu, Ngabalin mengatakan para ulama memiliki tugas untuk mencerdaskan termasuk mengenai tanggap bencana. Beliau berharap peran ulama di daerah juga bisa mengedukasi masyarakat untuk turut melestarikan lingkungan.

“Seperti bencana ini kan ada dua hal. Hal pertama mubalig itu punya tanggung jawab menjalankan perintah rasul tentang kewajiban menanam, rusak hutan kita, rusak gunung kita karena banyak di antara kita tidak membiasakan diri menanam,” kata Ngabalin.

Ngabalin mengatakan Bakomubin memiliki badan otonomi regu gerak cepat, yang mana mubalig hadir di setiap bencana. Para mubalig juga bertugas pascabencana terkait dengan pemulihan dan trauma healing.

“Pendekatannya adalah pendekatan spiritual menyampaikan pesan agama,” ujarnya. (*)