Amril Syahputra Rangkuti, Ronin Yang Telah Menemukan Jalan Menuju ‘Tuan-Nya’

OPINI – Amril S Rangkuti lahir pada tanggal 4 April 1982 di Medan, Propinsi Sumatera Utara. Beliau merupakan putera pertama dari tiga bersaudara pasangan Seorang (alm) Syafruddin Rangkuti dan Ibu Ratna Yati. Beliau menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1994 di SDN 04 Aek Nabara, Sumut. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SLTP Negeri I Aek Nabara, Sumut dan lulus pada tahun 1997. Melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMU) 2000 di SMU Plus Rantau Prapat, Sumut. Bulan Agustus 2000, Beliau diterima di Program Diploma 3 Program Studi Pengolahan Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui program USMI dan lulus pada tahun 2003.

Setelah itu, kembali melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dan mendapatkan gelar pendidikan terakhir Megister Manajemen. Selama masa perkuliahan, Beliau aktif dalam Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bogor sebagai Ketua Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan diakhiri secara paripurna Presidium Kahmi Bogor. Serta beliau aktif dalam Organisasi Kepemudaan lainnya seperti KNPI dan berbagai organisasi kemanusiaan lainnya.

6 Februari 2020, bunyi sunyi hujan serta suasana sendu hadir membawa kabar berita duka akan beliau tepat pukul 13:13 wib. Seorang ronin telah di panggil Tuannya (Allah SWT), Ia berpulang bukan sebagai Samurai yang tertunduk akibat kalah perang. Bukan pula sebagai samurai yang pulang karena pedangnya patah. Ia berpulang sebagai seorang ronin yang semangat dan prinsip-prinsipnya masih tertanam, masih tertular dan akan terus menjalar pada setiap orang yang mengenalmu, khususnya kami sebagai adik-adikmu. Jasadmu telah terkubur di bumi pertiwi, tetapi warnamu, semangatmu, dan prinsip-prinsipmu tidak akan pernah hilang.

“Hidup adalah semua pertarungan, dan jangan sesekali dalam pertarungan itu, kita kalah dan menimbulkan korban hur”. Itu adalah nasihat yang beliau sampaikan kepada penulis disela-sela momen pada saat beliau sedang sakit beberapa tahun lalu. Penulis melihat dan mengamati kehidupan penuh dengan kebaikan. Menolong setiap orang yang meminta pertolongan padanya, suatu ketika ada seseorang yang meminta pertolongan lalu beliau menjawab, ”…..tenang kita berusaha semampu kita, kita cari jalannya dan kita harus saling membangun dan sukses sama-sama.”. Begitulah beliau Ronin sejati yang selalu membantu tanpa pandang bulu, memberi nasihat baik, menebar kasih sayang serta menebarkan kebaikan dimana ia berada.

Dengan mata telanjang kami menyaksiakan saat dirimu pergi menuju Tuanmu, Allah SWT. Banyak orang yang datang menghantarkan kepergianmu. Keyakinan kami bahwa Allah SWT adalah Tuan yang tepat untukmu, kasih sayangNya lebih padamu dibandingkan kasih sayang kami kepadamu, tempatmu disisiNya adalah yang terbaik. Mengutip Elbert Hubbard, “Tuhan tidak akan melihatmu dari medali, derajat, ataupun ijazahmu, Tapi Tuhan akan melihatmu dari bekas lukamu”.

Luka yang hadir atas pengorbanan serta jasamu kepada kami. Kami akan selalu merindukanmu Kakanda Amril S Rangkuti, sosok sahabat yang selalu menjadi penyambung atas kami junior kepada senior middle dan tua. Sosok senior yang bisa menempatkan diri dengan pas sebagai ayah, abang bahkan sebagai seorang teman untuk saling melempar canda.

Yaa Allah, Yaa Tuhan kami… terimalah segala amal dan perbuatan yang telah dilakukan oleh pelayanMu itu. Berikan tempat yang layak baginya, ilmu yang ditinggalkannya semoga Engkau rahamti dan berkahi bagi kemakmuran umat. Abang awak, selamat jalan… Terima kasih banyak atas jasamu, yang pasti adalah kematian. Yang pergi biarlah pergi, yang hidup tetap berjalan. Selamat jalan abang, kami selalu merindukanmu…

Penulis: Luhur Nugroho