BOGOR – Pimpinan Majelis Zikir dan Muhasabah “Majlis Ta’lim Humaira Shalihah”, Bunda Wahyuniati Al Waly atau dikenal dengan Umi Yuni AL Waly dilahirkan di Banda Aceh yang merupakan Cucu dari Abuya Syeikh Haji Muda Waly Al Khalidy, pencetus dan pendiri Dayah Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan, yang mana Salah seorang istrinya Hj. Rabi’ah Jamil pernah menuliskan namanya dengan Syekh Haji Muhammad Waly, Asyafi’i Mazhaban, wal Asy’ari Aqidatan, wan Naqsyabandi Thariqatan.
Sanad zikir beliau kepada Zikir Tarekat Naqsyabandiyah sebagaimana yang diwariskan turun temurun dari kakek nya Syekh Muda Waly dan ayah nya Syekh Djamaludin Al Waly. Disamping itu juga, Bunda Yuni adalah Ketua Pembina SMP, SMA Boarding School Yuni Syahla Humaira.
Ayah Kandung Bunda Yuni juga adalah Ulama besar Aceh yaitu Abuya Djamaluddin Waly sosok yang disegani kharisma dan keilmuannya. Ia putra dari Abuya Syeikh Muhammad Muda Waly Al Khalidy, ulama besar Asia Tenggara sekaligus pendiri Pesantren Darussalam Labuhan Haji, salah satu ponpes tertua di Aceh.
Abuya Djamaluddin Waly memimpin Ponpes Darussalam sepeninggal abang kandungnya, Abuya Profesor Muhibuddin Waly Selain memimpin pesantren warisan orangtuanya dan menjabat Ketua Majelis Zikir Al-Waliyah Aceh. Abuya Djamaluddin juga merupakan pembimbing umum (Mursyidul Am) Tarekat Naqsyabandiyah se-Aceh.
Selain sebagai ulama, Abuya Djamaluddin Waly adalah politikus andal yang lama berkiprah di parleman. Ia pernah menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Istimewa Aceh (1968-1987) dan anggota DPR/MPR RI (1987-1999).
Abuya Muda Wali al-Khalidy merupakan tokoh yang sangat berpengaruh di Aceh pada abad XX. Hal ini bisa dibuktikan dengan peran serta pemikiran beliau dalam bidang pendidikan, ilmu agama (tasawuf) serta politik. Abuya Muda Wali al-Khalidy berperan dalam bidang pendidikan dengan mendirikan pesantren dan dayah.
Kemudian dalam bidang ilmu agama (tasawuf) beliau merupakan pembawa ajaran serta mursyid Tarekat Naqsyabandiyah pertama di Aceh yang berpegang kepada mazhab imam asy-Syafi’i dan ablu as-sunnah wa al-jama’ah. Sedangkan dalam bidang politik, Abuya Muda Wali al-Khalidy adalah figur teungku dayah yang tidak terlalu melibatkan diri dengan politik praktis dan lebih cenderung bersikap kompromistik terhadap pemerintah. Beliau juga pemberi fatwa dalam setiap permasalahan atau konflik yang terjadi di Aceh.
Selain itu, Dzikir Umi Yuni Al Waly senantiasa membawakan Dzikir bersanad. (*/DR)