JAKARTA – Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat, menyatakan bahwa isu moderasi beragama bukan hanya sekadar wacana, melainkan sudah lama dipraktikkan dalam lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.
Hal ini ia sampaikan dalam Kuliah Umum yang diadakan oleh Lembaga Pengkajian dan Penerapan Al Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Jakarta (LPP AIK UMJ) pada Kamis (5/9) di Aula FEB UMJ.
Ustadz Adi , yang juga dikenal sebagai Ustaz Adi Hidayat (UAH), menegaskan bahwa sikap inklusif telah tercermin di Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA).
Menurutnya, PTMA tidak hanya menampung mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah atau umat Islam, tetapi juga dari berbagai latar belakang agama dan budaya.
“Moderasi beragama ini sudah dipraktikkan secara menyeluruh di lingkungan Muhammadiyah. Mahasiswa di PTMA, misalnya, tidak hanya dari kalangan Muhammadiyah atau Islam, tapi juga dari beragam agama. Muhammadiyah telah ‘khatam’ dalam hal moderasi beragama,” ujar UAH.
Selain di bidang pendidikan, inklusivitas juga diterapkan di jaringan Rumah Sakit Muhammadiyah-’Aisyiyah. UAH mencontohkan bahwa tidak ada diskriminasi dalam pelayanan rumah sakit tersebut, baik berdasarkan agama, ras, maupun gender.
Ia menekankan bahwa semua pasien diperlakukan setara tanpa melihat latar belakang mereka. “Di PKU Muhammadiyah, tidak ada aturan bahwa perawat non-muslim harus mengenakan jilbab, atau muslimah harus membuka jilbab. Kita sudah paham betul tentang moderasi ini,” jelasnya.
UAH juga mengajak seluruh civitas akademika, khususnya mahasiswa PTMA, untuk lebih terbuka dalam bergaul dan tidak membatasi diri.
Muhammadiyah, katanya, sudah sejak lama mengaplikasikan moderasi beragama di berbagai lini kehidupan, termasuk di bidang pendidikan dan kesehatan.
“Tugas kita sekarang adalah menyampaikan pencerahan ini kepada dunia, bahwa Muhammadiyah telah mempraktikkan moderasi beragama di semua aspek kehidupan. Sikap mencerahkan dan berkemajuan ini harus terus kita kampanyekan,” ajaknya. (*/DR)