JAKARTA – Outlook dan proyeksi perekonomian pada tahun 2021 masih dilingkupi ketidakpastian yang tinggi akibat dampak Covid-19 pada perekonomian. Hal tersebut disebabkan karena tidak ada yang mengetahui mengenai kapan akan berakhir maupun apakah akan terjadi gelombang yang kedua atau tidak, serta apakah akan segera ditemukan vaksin dan seberapa cepat produksi vaksin yang bisa mengurangi dampak negatif dari Covid-19.
Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani Indrawati pada Rapat Kerja dengan Komite IV Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dengan pembahasan mengenai Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) Tahun Anggaran 2021 pada Selasa (7/7) secara video conference.
“Oleh karena ketidakpastian ini, maka seluruh negara terus akan mencoba untuk mengelola Covid ini melalui berbagai policy. Mulai dari yang sifatnya ekstrem seperti lockdown atau shutdown dari sisi aktivitas sampai kepada yang sifatnya limitatif yaitu pergerakan sosial yang dibatasi. Ketidakpastian inilah yang masih perlu untuk kita pertimbangkan dan perhatikan dalam mengelola ekonomi kita tahun ini dan tahun depan,” jelas Sri Mulyani.
Sri Mulyani menyampaikan bahwa sampai dengan saat ini, outlook dari perekonomian tahun 2020 adalah pada kisaran -0,4% hingga 1% karena di kuartal keduanya sudah pasti ekonominya mengalami kontraksi dengan estimasi adalah -3,8%. Namun, untuk kuartal ketiga dan keempat atau semester 2 tahun ini, Pemerintah akan berusaha maksimal agar pemulihan ekonomi bisa mulai berjalan.
“Inilah yang menjadi pokok perhatian Bapak Presiden di dalam berbagai forum untuk menyampaikan kepada Menteri dan semua pihak agar akselerasi pemulihan bisa berjalan meskipun kita masih menghadapi pandemi Covid. Jadi, produktif namun harus tetap aman dari Covid. Produktif tapi kita tetap menggunakan protokol new normal yaitu protokol di bidang kesehatan,” tambahnya.
Untuk tahun ini, dengan pertumbuhan yang masih berkisar antara -0,4 hingga 1% jika sampai terjadi kontraksi ekonomi berjalan lebih dari 1 kuartal yaitu kuartal kedua dan kuartal ketiga, maka akan menyebabkan kemungkinan terjadinya ekonomi Indonesia tahun 2020 ada di level negatif. Namun, apabila kuartal 3 dan 4 Indonesia bisa recover cukup cepat, hal tersebut mungkin masih bisa membuat perekonomian Indonesia tumbuh positif yaitu dikisaran 1%. Sementara untuk tahun depan diperkirakan pertumbuhan ada di kisaran 4,5% hingga 5,5%.
“Merujuk semua institusi yang melakukan proyeksi ekonomi di Indonesia masih di dalam kisaran yang beragam. Ada yang prediksi ekonomi Indonesia ada di 0%, ada yang negatifnya lebih dalam yaitu di -3,39, ada yang bahkan menyampaikan ekonomi Indonesia bisa positif yaitu sekitar 0, 5%. Jadi saya ingin menyampaikan bahwa proyeksi ekonomi memang masih diliputi ketidakpastian tapi kita akan tetap mencoba untuk menyusun perencanaan penganggaran dengan ketidakpastian tersebut,” tutup Menkeu. (*)